Judul buku: The Nightingale
Penulis: Kristin Hannah
Penerbit: Elex Media Komputindo
Jumlah halaman: 536
Rating by alifially: 4/5
Isabelle dan Vianne adalah kakak beradik dengan sifat yang bertolak belakang. Isabelle, sang adik, adalah gadis pemberani yang tinggal di Paris, sementara Vianne, sang kakak, lebih pendiam dan memilih tinggal di pinggiran Prancis bersama suaminya, Antoine, dan anaknya.
Ketika Perang Dunia II meletus, Antoine dikirim berperang dan akhirnya hubungan kakak beradik ini pun diuji. Dengan kondisi hidup yang berubah drastis, Vianne dan Isabelle harus menghadapi bermacam ketakutan, namun dengan begitu pula, hubungan mereka semakin kuat.
Ya, darah lebih kental daripada air.
Saya tidak akan bertemu dengan historical fiction ini jika saya tidak tergabung dalam suatu klub buku instagram internasional yang dibentuk oleh seorang bookstagrammer, @readbylana. Membutuhkan waktu yang lama, hampir satu bulan, untuk saya menyelesaikan buku ini. Meskipun begitu, banyak sekali pesan yang dapat diambil dalam setiap halaman buku ini.
Kehidupan yang Berbeda antara Kakak-Beradik
Vianne dan Isabelle merupakan kakak beradik Prancis yang terpisah karena ibu mereka yang meninggal dan perubahan sikap ayah mereka akibat perang. Vianne memiliki sikap yang lemah lembut berbanding terbalik dengan adiknya, Isabelle yang tidak mau patuh pada aturan. Hal ini menyebabkan ia sering dikeluarkan dari sekolahnya.
Penyerangan Jerman Terhadap Prancis
Konflik dimulai ketika Paris telah diserang oleh Jerman. Isabelle terpisah dari ayahnya dan harus mencari kakaknya di Le Jardin, rumah mereka sejak bertahun-tahun lamanya. Hingga akhirnya Prancis menyerah pada Jerman namun kehidupan rakyat Prancis tidak ada bedanya ketika Prancis masih melawan Jerman. Mereka masih tidak mendapatkan jatah makan yang layak, perlindungan terhadap musim dingin yang nyaris tidak terasa, hingga deportasi orang-orang Yahudi.
Isabelle yang Pantang Menyerah
Tidak terima atas Prancis yang menyerah dan ketidak adilan yang warga Prancis dapatkan, Isabelle tidak tinggal diam. Ia bertindak sesuai dengan apa yang ia pikirkan dan sangat berani melawan ketidak adilan meski dengan cara sembunyi-sembunyi.
Mulai saat ini, dia adalah Juliette Gervaise, dengan nama samaran Nightingale. (hlm. 244)
Segala rintangan ia lalui tanpa ragu. Isabelle mengambil segala resiko. Berbeda dengan Vianne yang tidak mampu melakukan perlawanan terhadap tentara Nazi yang menetap di rumahnya.
“Dia memang suatu keajaiban, Sir. Aku mengatakan hal yang sama padanya.” MacLeish, hlm. 265.
Perbedaan yang Akhirnya Saling Mengkhawatirkan
Meski perbedaan di antara ketiga ikatan keluarga ini sangat besar—Vianne, Isabelle, dan Ayah mereka, tetapi mereka saling peduli satu sama lain. Bahkan pengorbanan untuk menebus kesalahan pada yang lainnya hadir dalam buku ini. Momen di mana ayah mereka mengatakan bahwa beliau sangat menyayangi mereka, membuat saya tersentuh dan merindukan ayah.
“Aku tidak henti-hentinya bertengkar dengan saudaraku, bahkan di masa perang. Pada akhirnya, kami tetap saudara.” hlm. 406.
Cinta Antonie pada Vianne tidak memudar meski ia tahu Vianne sudah ternodai. Kepercayaan dalam pernikahan mereka memperkuat cinta mereka. Isabelle yang sudah tidak secantik dulu pun tidak mengubah cinta Gaeton sedikit saja. Buku ini mengajarkan apa arti cinta yang sesungguhnya.
Penuh dengan Air Mata
Keharuan yang saya rasakan dalam buku ini tidak hanya pada kisah cinta, namun juga persaudaraan, pengorbanan, kekhawatiran, kesetiaan, kegelisahan, dan kepercayaan. Banyak sekali pesan moral yang mampu saya serap dalam buku ini. Meski kadang bosan karena alur yang terasa halus, tetapi tidak membuat saya berhenti untuk membacanya.
536 halaman tidak terasa tebal untuk cerita bergenre historical fiction. Karena bagi saya setiap adegan yang ada terasa penting sehingga tidak perlu melewati beberapa bagian. Saya mampu merasakan bagaimana sulitnya kehidupan di masa perang. Bersyukur karena kita hidup di masa yang damai dan segala serba ada.
Jadi, apa buku historical fiction favoritmu?